Sungai Lariang terdiri dari sekitar 58 daerah sub–DAS dalam Taman Nasional Lore Lindu(TNLL). Sungai Lariang membentuk formasi U dan menyusuri TNLL sepanjang sekitar 245 km dan merupakan sungai terpanjang di Sulawesi. Wilayah DAS Lariang sebagian besar terletak di luar TNLL. Hulu paling utara dan timur dari wilayah DAS ini berada dalam wilayah TNLL dekat desa Sedoa, kemudian aliran utama mengalir ke selatan menuju barat daya di sekitar ujung yang lebih rendah dari padaTNLL di dekat desa Tuare. Sungai Lariang kemudian membelok ke arah barat dan mengikuti patahan Palu Koro sampai ke Lempelero, dimana Sungai Lariang bertemu dengan Sungai Haluo yang mengalir ke arah selatan. Pertemuan kedua sungai berubah alirannya ke arah barat ke kabupaten Mamuju Sulawesi Selatan dan bermuara ke Selat Makassar.

Sungai Lariang, walaupun tidak seekonomis dan sepenting sungai Gumbasa bagi masyarakat Palu, sungai ini mendukung kegiatan pertanian pada beberapa pemukiman penduduk seperti di daerah Torire, Lelio, Kolori, Pada, Kageroa, Tuare, Gimpu, dan beberapa desa lainnya juga desa-desa yang berada di wilayah Sulawesi Selatan. Saat ini, air di wilayah ini belum dimanfaatkan secara intensif seperti sungai-sungai yang berada di sebelah utara TNLL. Sungai Lariang penting dalam memberikan pasokan air irigasi dan kebutuhan air minum bagi banyak desa kecil dan terpencil di wilayah ini. Situasi ini tidak menutup kemungkinan akan berubah mengingat kepentingan ekonomi dari Sungai Lariang akan meningkat secara signifikan, khususnya setelah pengaspalan jalan dari Palu sampai Gimpu. Peningkatan jumlah penduduk, dibarengi dengan keinginan terus-menerus untuk modernisasi akan meningkatkan kebutuhan tenaga listrik di pedesaan. Permintaan ini dapat dipenuhi oleh investasi jangka panjang dan ekstensif dari jaringan listrik lokal. Instalasi dari pembangkit listrik bertenaga air yang berbasis di desa dapat menjadi salah satu solusi dengan tingkat polusi rendah, misalnya di Lembah Besoa dan Bada yang memiliki pembangkit listrik kecil tenaga air yang dapat memenuhi kebutuhan listrik Desa Doda dan Tuare. Penilaian harus dibuat terhadap kelayakan pemanfaatan Sungai Lariang untuk penyedia energi listik tegangan tinggi. Dengan anak-anak sungai berendapan rendah untuk pembangkit tenaga listrik akan mengurangi kebutuhan kabel listrik berjarak jauh yang dapat saja rusak akibat tanah longsor dan penurunan daya listrik karena kebocoran transmisi dan daya tahan listrik.

Potensi Sungai lariang dari segi pariwisata adalah arung jeram. Paket wisata arung jeram pernah diusahakan di Sungai Lariang oleh pengusaha adventure dari Sulawesi Selatan namun sekarang tidak jalan lagi. Kandungan emas di sungai ini juga menarik sebagian masyarakat untuk mendulang emas secara tradisional walaupun tidak banyak orang yang melakukannya.

sumber: http://lorelindu.wordpress.com

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

Foto-Foto DAN Video